Loading...
Sunday, December 27, 2015

Tiga Hari Yang Spesial



Sebuah momentum langka terjadi di akhir bulan Desember 2015. Secara berturut-turut dari hari kamis hingga sabtu terdapat peringatan spesial yang dijunjung umat manusia. Kelahiran Nabi Muhammad (Maulid), Kelahiran yesus (Natal) dan peringatan hari wafat (Haul) Gus Dur. Lalu inspirasi apa yang bisa kita ambil pada momentum ini?

Keteladanan

Pertama, kelahiran Nabi Muhammad (Maulid). Rosulullah menjadi inspirasi kejujuran dengan berlandaskan nilai-nilai etik moralitas yang luhur. Sebagaimana jamak diketahui, Rosulullah membawa misi agamanya sebagai rahmat bagi seluruh alam. Beberapa kajian sejarah memperlihatkan bagaimana Rosul membumikan dan mendakwahkan nilai-nilai etik moralitas yang luhur. Seorang manusia yang lahir dengan kepapaan, tidak sempat melihat wajah sang ayah karena lebih dahulu dipanggil Tuhan. Tak lama dari kelahirannya giliran sang ibu menghadap Tuhan.

Perjuangannya bukan meminta uang kepada orang tua, tetapi berjuang keras dengan berdagang. Rosul mempunyai modal kejujuran, ketulusan dengan berlandaskan akhlak karimah dan moralitas yang luhur hingga menjadikannya sebagai insan mulia. Legitimasi keteladanan moral dan kejujuran bukan hanya dari kalangan umat Islam, tetapi juga umat manusia di seantero bumi ini.

Hampir separuh umat manusia di dunia ini bersholawat kepadanya. Ia nyaris tanpa kebencian. Untuk umat Islam dan manusia di seluruh dunia, Rosul tidak memberi warisan harta, kekayaan, politik, jabatan, tetapi sebuah nilai-nilai yang tertuang di dalam al-Quran dan Sunnahnya. Warisan berharga itu menjadi ajaran yang tak bernilai harganya untuk siapapun yang ingin menjadikannya sebagai pedoman hidup.

Kedua, Kelahiran Yesus (Natal)/Nabi Isa menurut keyakinan Islam. Momentum natal memberi inspirasi kesederhanaan. Keteladan Yesus/Nabi Isa ibarat sebuah oase di tengah badai gurun materialisme, hedonisme dan kecintaan masyarakat terhadap hal-hal keduniaan. Pesan konkrit dari Yesus/Nabi Isa adalah bahwa uang bukan segala-galanya. Akibat menggilanya manusia terhadap harta kekayaan, timbullah praktik-praktik korupsi, yang merongrong prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pesan mulia Nabi Isa/Yesus agar tidak rakus menjadi dasar agar perilaku kerakusan manusia tidak menghancurkan harapan kaum lemah dan menginjak-injak hak-hak masyarakat kecil. Spirit kesederhanaan juga mejadi dasar untuk tidak terjebak dalam perangkap globalisasi berbaju hedonisme, materialisme dan konsumerisme.

Ketiga, peringatan hari wafat (haul) Gus Dur. Ia sebagai bapak bangsa Indonesia memberi inspirasi keteladanan dalam menjalankan kehidupan toleransi. Semangat menghargai perbedaan dan mengedepankan kebersamaan di tengah masyarakat yang majemuk adalah keteladanan Gus Dur paling nyata.

Berkat inspirasinya menghargai perbedaan, ia dicintai tidak hanya umat Islam, tetapi juga berbagai umat agama lain. Faktanya saat wafat banyak sekali yang menangisi kepergiannya. Semua orang berebut ucapan selamat jalan. Bukan hanya umat Islam, umat dari berbagai agamapun berlinang air matanya atas kepergiannya.

Kondisi Saat Ini

Kondisi saat ini justru terbalik dari keteladanan Nabi Muhammad, Yesus/Nabi Isa dan Gus Dur. Sepanjang tahun 2015 ini, pemimpin kita telah mempertontonkan tindakan amoral dan  sangat jauh dari nilai dan jiwa kepemimpinan yang bernilai etik moralitas luhur. Meskipun bisa dipastikan mereka beragama, tetapi tindakan amoral dan akhlak buruk masih membelit kebiasaan mereka.

Masih teringat jelas apa yang dipertontonkan oleh pemimpin kita saat pemilihan pimpinan DPR, sidang MKD dan perilaku buruk lainnya. Sungguh perilaku yang sangat jauh dari nilai dan akhlak yang dicontohkan Rosul. Inspirasi Rosul dalam moralitas dan nilai etika yang baik tidak terlihat pada pemimpin kita.

Di samping itu, Indonesia juga disuguhi praktik-praktik keserakahan dunia oleh pemimpin-pemimpinnya. Praktik korupsi, makelar jabatan hingga suap menyuap adalah contoh konkrit bahwa pemimpin kita belum bisa melihat secara jernih masa depan bangsa. Kerakusannya menghancurkan hak-hak kaum lemah dan menginjak-injak hak hidup masyarakat yang dipimpinnya.

Kondisi ini diperparah oleh kondisi masyarakat yang masih terbelit masalah dikotomi antar si miskin dan si kaya. Di tengah jurang perbedaan besar ini justru praktik korupsi, pendewaan uang, kekerasan, kerusakan alam terus berlangsung. Inspirasi Nabi Isa/Yesus dalam hal ini adalah pengembangan spiritualitas keruhanian, hidup yang sederhana, rela berbagi dan tidak serakah pada jabatan dan harta.

Inspirasi Gus Dur juga sangat diperlukan di tengah kondisi umat Islam di berbagai belahan dunia yang tercabik-cabik oleh berbagai konflik dan pertikaian serta polarisasi pemahaman ajaran Islam. Dalam hal ini bangsa Indonesia merasakan benar warisan toleransi Gus Dur. Warisan Gus Dur untuk Indonesia tidak hanya mampu menyelamatkan negara ini dari ancaman konflik, tetapi juga merepresentasikan sebagai satu-satunya negara bangsa yang mempunyai prinsip toleransi yang kuat dengan masyarakat yang plural.

Bayangkan dunia Arab yang hanya memiliki satu bangsa; Arab! dengan satu bahasa, terbelit dengan berbagai konflik dan terpecah belah. Sedangkan di Indonesia dengan ratusan suku, ribuan pulau dan bahasa serta beragamnya agama justru bisa memelihara prinsip toleransi dalam berbangsa dan bernegara. Hal ini menjadi bukti, Gus Dur memberi keteladan dan inspirasi bagi kita dalam mengimplementasikan ajaran toleransi dalam kehidupan ini.

Dari itu semua, peringatan Maulid Nabi, Natal dan Haul Gus Dur ini tidak akan berpengaruh terhadapan kehidupan berbangsa dan bernegara jika hanya menjadi seremonial tahunan. Keteladanan ketiga peringatan spesial ini perlu dihadirkan dalam konteks Indonesia saat ini. Momentum ini harus dilanjutkan dengan upaya-upaya setiap kita untuk menerapkan keteladan Nabi Muhammad, Nabi Isa/Yesus dan Gus Dur ke dalam perilaku pribadi dan kelompok.

Di samping itu, ketiga peringatan ini penting dijadikan refleksi akhir tahun untuk menyambut dan menatap tahun depan yang lebih baik. Kalau nilai-nilai keteladanan dari ketiga peringatan spesial ini bisa kita wujudkan, niscaya negara ini akan menjadi representasi negara yang bermoral, bersih dan cerminan toleransi.

 Ahmad Hifni
(Aktif pada Moderate Muslim Society)

0 comments:

Post a Comment

 
TOP