PMII sebagai salah satu organisasi mahasiswa mempunyai peran yang
besar dalam membangun solidaritas dan gerakan mahasiswa di Indonesia.
Hal ini tercermin dari kader-kader
PMII yang selalu aktif menyuarakan gerakan dan memimpin aksi-aksi nyata serta melakukan
pembelaan terhadap HMI yang terancam dibubarkan.
Gerakan PMII
Gerakan PMII pada 25 Oktober 1966 mampu memberi andil besar dalam
pembubaran PKI. Gerakan ini dimainkan oleh PMII sebagai pemimpin mahasiswa. Ketika
itu Zamroni sebagai ketua PB PMII dipercaya memimpin Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
melalui pertemuan yang diprakarsai oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu
Pengetahuan (PTIP), Sjarief Thajeb. Organisasi yang tergabung dalam KAMI adalah
PMII, PMKRI, GMNI, dan Mapancas.
Zamroni sebagai kader PMII sangat lincah dan sigap memimpin KAMI.
Terutama dalam memimpin demonstrasi mahasiswa tangga 10 Februari 1966 yang
kemudian mengalirkan arus kekuatan besar mahasiswa dalam meruntuhkan rezim Orde
Lama serta pembubaran PKI. Pengorbanan Zamroni sampai pada konsekuensi nyata bahwa sebagai pemimpin gerakan
mahasiswa, harus merelakan jemari tangannya terpotong hingga tersisa dua buah.
Ini sekaligus menjadi bukti begitu besarnya pengorbanan Zamroni sebagai kader
PMII dalam membela dan menggerakkan idealisme mahasiswa.
Tak hanya itu, inspirasi KAMI terhadap gerakan mahasiswa mampu memberi
motivasi pada komunitas gerakan mahasiswa baru sebagai lambang perlawanan terhadap
kebijakan pemerintah. Maka muncullah Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia
(KASI) dan lain-lain.
Gerakan ini menjadi kebanggaan dan rasa solidaritas yang tinggi dari
kalangan organisasi mahasiswa lain. PMII juga telah membuktikan bahwa mampu
mengambil andil yang sangat besar dalam menginisiasi sikap mahasiswa. Meminjam
Mahbub Junaidi, bahwa tangan PMII lah yang mengayunkan garis-garis besar dan
pokok-pokok statemen pembubaran PKI, apa yang terjadi setelah itu kita semua
sudah tahu, likuidasi secara total dilakukan seutuhnya oleh masa rakyat yang
cinta kepada Pancasila.
Kebijakan serta garis-garis yang ditentukan oleh PB PMII ketika
itu, agar kader PMII harus memimpin KAMI sangat tepat. Bahwa PMII harus ikut
dan memimpin KAMI mulai pusat sampai daerah. Kebijakan ini telah dibuktikan
dengan cepat dan luas oleh PMII. Maka Zamroni telah menunjukkan kepemimpinan
yang tegas dan baik pada KAMI. Itu berarti, juga kepemimpinan oleh PMII.
Gerakan lain dari PMII adalah ketika sahabat Zamroni bersama 34
orang pemuda Indonesia berhasil mencetuskan deklarasi pemuda, sehingga lahirlah
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Kemudian KNPI berhasil masuk ke dalam
GBHN pada sidang umum MPR 1978. Dan sampai hari ini KNPI menjadi organisasi
pemuda paling berpengaruh di Indonesia.
Pada tahun 1974 PMII bergabung dalm kelompok Cipayung. Kelompok
yang berkomitmen untuk terus mempertahankan idealisme sebagai organisasi
mahasiswa. Di situlah tempat sejumlah organisasi ekstra-universitas dengan
berbagai latar sosial, ideologi dan agama mengadakan pertemuan untuk membahas
masa depan masyarakat dan bangsa Indonesia yang dicita-citakan.
Kelompok Cipayung ini terdiri dari berbagai kelompok oranisasi mahasiswa,
antara lain PMII, HMI, GMNI, GMKI, dan PMKRI. Kehadiran kelompok Cipayung ini sangat
berharga bagi kalangan aktivis mahasiswa. Karna pada saat itu gerakan mahasiswa
terus dibatasi ruang geraknya oleh kebijakan pemerintah yang otoriter. Bahkan sampai
hari ini, para alumnus kelompok Cipayung bisa kita temukan di sektor-sektor
pemerintahan, dosen, LSM, dan pengabdian masyarakat.
Pembelaan
terhadap HMI
Peran lain PMII adalah solidaritas. Hal itu tercermin pada
pembelaan PMII terhadap HMI yang terancam dibubarkan oleh presiden Soekarno. Ketika
HMI yang berafiliasi dengan Masyumi mendapatkan cobaan dan terancam dibubarkan,
PMII menggerakkan dan memimpin kalangan pelajar, pemuda dan mahasiswa Islam
untuk melakukan solidaritas dan pembelaan.
Pembelaan PMII sampai pada 19-26 Desember 1964, bersama GP Anshor menyelenggarakan
musyawarah di kalangan pelajar dan mahasiswa Islam. Musyawarah ini menghimpun
organisasi pemuda pelajar dan mahasiswa Islam yang diharapkan mampu menumbuhkan
rasa solidaritas di kalangan pemuda Islam. Kemudian melahirkan organisasi
federasi pemuda, pelajar dan mahasiswa Islam yang dikenal dengan nama GEMUIS
(Generasi Muda Islam).
Salah satu hasil musyawarah itu adalah usaha yang harus dilakukan
untuk menyelamatkan HMI yang sedang mengalami cobaan berat. Dari sinilah GEMUIS
menghasilkan dua keputusan penting tentang usaha pembelaan terhadap HMI dengan
pernyataan, pertama, HMI bukanlah underbow dan tidak pernah mempunyai hubungan
organisatoris dengan partai atau organisasi manapun. Kedua, masalah yang
dihadapi HMI tidak dapat dipisahkan dari masalah keseluruhan umat Islam. Maka
jika HMI sampai hari ini mampu berdiri kokoh dengan kaderisasi yang terus
berjalan, itu tak lain juga karna peran PMII yang membela dan mempertahankan HMI
dengan rasa solidaritas sesama organisasi mahasiswa Islam.
Dari semua pemaparan ini, gerakan dan solidaritas PMII terus
mewarnai perjalanan bangsa. Tentu, peran dan aksi lain gerakan PMII sangatlah
besar, namun tak mungkin dijelaskan secara
detail dalam tulisan pendek ini. Setidaknya, hal ini harus menjadi refleksi
untuk warga PMII dan mahasiswa lain. Betapa besar perjuangan dan pengorbanan
PMII dalam membangun tatanan rumah bernama Indonesia untuk terus menjadi lebih
baik.
PMII akan terus memberi warna
signifikan terhadap perjalan bangsa di masa-masa yang akan datang. Baik dalam
gerakan atau diskursus-diskursus penting tentang peranan mahasiswa untuk bangsa.
Maka slogan familiar PMII dengan diksi “tangan terkepal dan maju kemuka” jangan
hanya menjadi slogan formal gerakan, tetapi harus dimaknai dan ditafsirkan pada
esensi suatu gerakan nyata. Dengan pemaknaan yang substantif maka lahirlah praktek sosial berupa gerakan mahasiswa
pembela bangsa dan penegak agama.
0 comments:
Post a Comment