Jum’at Lalu (7/11), pemerintah memberi anugerah pahlawan
pada salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama, almarhum KH Abdul Wahab Chasbullah.
Penganugerahan gelar pahlawan nasional itu diberikan langsung oleh Presiden
Joko Widodo kepada ahli waris.
Tidak banyak orang mengenal
sosok KH Abdul Wahab Chasbullah sebagai pahlawan Indonesia. Sosoknya tak sepopuler
tokoh nasional lainnya, seperti Sukarno, Hatta, Syahrir dan sebagainya. Padahal
dari sisi perjuangan, ketokohan ulama kelahiran Tambakberas-Jombang tahun 1888
ini, tidak kalah dibanding para pendiri bangsa Indonesia.
Ia adalah seorang ulama
sekaligus aktivis yang selalu tergerak untuk membantu rakyat sengsara dalam
memperjuangkan kemerdekaan atas penjajahan kolonial. Pada masa pergerakan
sebelum kemerdekaan Indonesia, beliau banyak menyebarkan semangat kebangsaan,
khususnya di kalangan pesantren.
Pada
tahun 1916, mendirikan pergerakan Nahdlatul Wathon (Kebangkitan Negeri), tahun
1918 mendirikan Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Saudagar). Kemudian bersama tokoh
Islam lain, ia memprakarsai Kongres al-Islam (1923-1926) hingga ikut berperan
mendirikan NU pada 1926. Semua itu bertujuan untuk membangkitkan kesadaran
rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan yang kemudian mengantarkan bangsa
pada gerbang kemerdekaan.
Dalam
sejarah NU, KH Wahab Chasbullah mempunyai peran besar dalam mendirikan Gerakan
Pemuda Ansor (GP Ansor), yang ditopang oleh semangat perjuangan, nasionalisme,
pembebasan, dan kepahlawanan. GP Ansor lahir dalam suasana perpaduan antara
kepeloporan pemuda pasca-Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan
sekaligus spirit keagamaan. Sebagaimana kita tahu, kisah Laskar Hizbullah,
gerakan Ansor, dan Banser (Barisan Serbaguna) melegenda dalam sejarah
kemerdekan bangsa Indonesia.
Mengenal
Sejarah
Menurut
(Lucey:1984) hukum pertama sejarah adalah sungguh-sungguh takut mengatakan
dusta, untuk selanjutnya tidak takut mengatakan kebenaran. Sejalan dengan itu,
orang bijak sering mengingatkan agar generasi sekarang ini tidak boleh melupakan
pengalaman masa lalu. Oleh karena itu, perjuangan
para pahlawan kita selayaknya kita kenal dan kita jelaskan sebenar-benarnya,
bukan dijadikan kepentingan politis ideologi guna mendistorsi sejarah tersebut.
Dengan
dinobatkannya KH Wahab Chasbullah sebagai pahlawan, maka merupakan suatu
kemajuan dalam memaparkan sejarah secara obyektif. Bayangkan, selama setengah
abad lamanya sosok KH. Abdul Wahab Hasbullah baru mendapat penganugerahan sebagai
pahlawan. Tidak luput kemungkinan masih banyak para pahlawan kita yang belum
terjamah menjadi pahlawan. Padahal sejarah berguna sebagai upaya membangun
memori kolektif, sehingga dituntut menuturkan peristiwa di masa lalu secara
jujur, relatif seperti apa adanya.
Momentum
Hari pahlawan ini adalah kebangkitan kita sebagai generasi baru mengenal
sejarah pahlawan bangsa. Sudah seharusnya mahasiswa faham dan mempunyai wawasan
terhadap sejarah (historical understanding and insight), terutama
tentang sejarah perjuangan bangsa ini. Karna bangsa yang kurang memberi
perhatian terhadap sejarahnya akan kehilangan kapasitasnya untuk memahami masa
kininya serta merencanakan masa depannya. Karna sejarah adalah cermin untuk
kita berkaca, memperbaiki kekurangan dan menjadikan bangsa lebih baik di masa
depan.
0 comments:
Post a Comment